KARYA POEDJANGGA BAROE
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur saya sampaikan
kepada Allah SWT, karena-Nya lah saya dapat menyelesaikan tugas makalah Sastra
Indonesia, dengan judul “Karya Poedjangga Baroe”. Tak lupa saya sampaikan
terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah
ini.
Makalah ini selain untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah “Mata Kuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia”, juga
untuk menambah tingkat apresiasi saya terhadap karya salah satu anak bangsa,
salah satunya yaitu sejarah sastra.
Kekurangan masih terdapat dalam
makalah ini. Oleh sebab itu, segala tegur sapa demi penyempurnaan makalah ini
sangat saya nantikan.
Terima Kasih
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar
Belakang Masalah
pada mulanya, punjangga baru adalah nama majalah sastra
dan kebudayaan yang terbit antara tahu 1933 adanya pelarangan oleh perintah
jepang setelah tentara jepang berkuasa di Indonesia.Adapun pengasuhnya atara
lain Sultan Takdir Alisjahbana, Armein Pane, Amir Hamzah Dan Sanusi Pane.
Jadi pujangga baru bukanlah suatu konsepsi ataupun aliran. Namun
demikian, orang-orang atau para pengarang yang asil karyanya pernah dimuat
dalam majalah itu, di nilai memiliki bobot dan cita-cita kesenian yang baru dan
mengarah ke depan.
Barang kali, hanya untuk memudahkan ingatan adanya
angkatan baru itulah maka di pakai istilah angkatan pujangga baru, yang tak
lain adalah orang-orang yang tulis-tulisanya pernah di muat di dalam masalah
tersebut. Adapun majalah itu, diterbitkan oleh pustaka rakyat, suatu badan yang
memang mempunyai perhatian terhadap masalah-masalah kesenian. Tetapi seperti
telah disinggung di atas, pada jaman pendudukan jepang majalah pujangga baru
ini dilarang pemerintah jepang dengan alasan karena kebarat-barat.
Namun setelah Indonesia merdeka, majalah ini di
terbitkan lagi ( hidup 1948-1953), dengan pemimpin redaksi Sultan Takdir
Aliscahbana dan beberapa tokoh-tokoh angkatan 45 seperti Asrul,
Rivai Apin Dan S. Rukiah. Mengingat masa hidup pujangga baru itu antara
tahun 1933 sampai dengan zaman jepang, maka diperkirakan para penyumbang
karangan itu paling tahun 1915-an dan sebelumnya.
Dengan demikian, boleh dikatakan generasi pujangga
baru adalah generasi lama. Sedangkan angkatan 45 yang kemudian menyusulnya, merupakan
angkatan baru yang jauh lebih bebas dalam mengekspresikan gagasan-gagasan dan
kata hatinya.
I.2
Rumusan Masalah
1.2.1 bagaimana sejarah Pujangga
baru?
1.2.2 Apa pengertian tentang
Pujangga baru?
1.2.3 Siapa saja tokoh Pujangga
Baru?
I.3 Tujuan
Tujuan yang ingin di capai dalam makalah ini di
antaranya yaitu :
- Untuk mengetahui tentang sejarah dari Pujangga Baru.
- Untuk memahami tentang Pujangga Baru.
- Untuk mengetahui contoh-contoh karya Pujangga Baru.
- Untuk mengetahui tokoh-tokoh siapa saja yang termasuk angkatan Pujangga Baru.
BAB II
PEMBAHASAAN
II.1 Sejarah singkat
tentang Pujangga Baru
Pujangga Baru muncul sebagai reaksi
atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis
sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut
rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra
intelektual, nasionalistik dan elitis.
Pada masa itu, terbit pula majalah Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, beserta Amir Hamzah, dan Armijn Pane. Karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 – 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisjahbana dkk. Masa ini ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu :
- Kelompok “Seni untuk Seni” yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir Hamzah
- Kelompok “Seni untuk Pembangunan Masyarakat” yang dimotori oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi.
Pujangga Baru muncul sebagai reaksi
atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis
sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut
rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra
intelektual, nasionalistik dan elitis menjadi “bapak” sastra modern Indonesia.
Pada masa itu, terbit pula majalah “Poedjangga Baroe” yang dipimpin oleh Sutan
Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra di Indonesia
setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 – 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir
Alisyahbana dkk. Masa ini ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu 1.
Kelompok “Seni untuk Seni” yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir
Hamzah dan; 2. Kelompok “Seni untuk Pembangunan Masyarakat” yang dimotori oleh
Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi.
Karyasastera· Layar Terkembang oleh Sutan Takdir Alisjahbana · Tebaran Mega · Belenggu oleh Armijn Pane · Jiwa Berjiwa · Gamelan Jiwa · Jinak-jinak Merpati · Kisah Antara Manusia · Nyanyian Sunyi oleh Tengku Amir Hamzah · Buah Rindu · Pancaran Cinta oleh Sanusi Pane · Puspa Mega · Madah Kelana · Sandhyakala ning Majapahit · Kertajaya · Tanah Air oleh Muhammad Yamin · Indonesia Tumpah Darahku · Ken Angrok dan Ken Dedes · Kalau Dewi Tara Telah Berkata · Percikan Permenungan oleh Rustam Effendi · Bebasari · Kalau Tak Untung oleh Sariamin · Pengaruh Keadaan · Rindu Dendam oleh J.E.Tatengkeng.
Karyasastera· Layar Terkembang oleh Sutan Takdir Alisjahbana · Tebaran Mega · Belenggu oleh Armijn Pane · Jiwa Berjiwa · Gamelan Jiwa · Jinak-jinak Merpati · Kisah Antara Manusia · Nyanyian Sunyi oleh Tengku Amir Hamzah · Buah Rindu · Pancaran Cinta oleh Sanusi Pane · Puspa Mega · Madah Kelana · Sandhyakala ning Majapahit · Kertajaya · Tanah Air oleh Muhammad Yamin · Indonesia Tumpah Darahku · Ken Angrok dan Ken Dedes · Kalau Dewi Tara Telah Berkata · Percikan Permenungan oleh Rustam Effendi · Bebasari · Kalau Tak Untung oleh Sariamin · Pengaruh Keadaan · Rindu Dendam oleh J.E.Tatengkeng.
II.2 Karya- karya Pujangga Baru
Puisi Pujangga Baru: Konsep Estetik,
Orientasi dan Strukturnya Oleh: Rachmat Djoko Pradopo, Prof., Dr Artikel di
Jurnal Humaniora Volume XIII, No. 1/2001
Puisi Pujangga Baru adalah awal
puisi Indonesia modern. Untuk memahami puisi Indonesia modern sesudahnya dan
puisi Indonesia secara keseluruhan, penelitian puisi Pujangga Baru penting
dilakukan. Hal ini disebabkan karya sastra, termasuk puisi, tidak lahir dalam
kekosongan budaya (Teeuw, 1980:11), termasuk karya sastra. Di samping itu,
karya sastra itu merupakan response (jawaban) terhadap karya sastra
sebelumnya (Riffaterre viaTeeuw,1983:65).
Buku Sejarah Sastra Indonesia Modern
Jilid 1 karya Bakri Siregar (1964) memperlihatkan bahwa subjektivitas penulis
sejarah—termasuk sejarah sastra Indonesia—senantiasa tampak dalam buku yang
dihasilkannya.
Bakri Siregar merupakan pimpinan
pusat Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) yang juga menjabat sebagai Ketua
Akademi Sastra dan Bahasa “Multatuli” Jakarta dan Guru Besar Sastra Indonesia
Modern di Universitas Peking. Pascaperistiwa G30S 1965, Bakri Siregar termasuk
sastrawan Lekra yang ditahan tanpa diadili dan baru dibebaskan pada 1977.
Menyusul penahanannya adalah
dilarangnya buku sejarah yang ditulisnya itu. Hingga kini, tidak akan ada buku
Sejarah Sastra Indonesia Modern Jilid 2 dari sang penulis, karena Bakri Siregar
telah meninggal pada 19 Juni 1994. Buku Sejarah Sastra Indonesia Modern Jilid 1
ini berisi masa awal sastra Indonesia, masa Balai Pustaka, hingga masa Pujangga
Baru (1930-an).
Rustam Effendi menulis lakon
Bebasari pada 1926. Lakon ini berisi sindiran terhadap penjajah dan
menggelorakan semangat pemuda dan rakyat. Simbol-simbol wayang digunakan Rustam
Effendi untuk mengkritik penguasa. Rahwana, misalnya, melambangkan sifat bengis
kaum penjajah. Sementara Bebasari melambangkan cita-cita kemerdekaan. Bebasari
mengatakan di akhir lakon, “Asmara sayap usaha yang tinggi/ Asmara kepada
bangsa sendiri.”
Pengaruh dari Barat, terutama
Belanda, yakni komunitas De Tachtigers yang menginspirasi sastrawan-sastrawan
Pujangga Baru. Sastrawan Eduard du Perron dan Hendrik Marsman sangat
mempengaruhi perkembangan kepenyairan Chairil Anwar. Multatuli alias Eduard
Douwes Dekker (1860) yang menulis buku Max Havelaar juga mempengaruhi sastrawan
revolusioner Indonesia. “Kalau bukuku diperhatikan dengan baik, dan disambut
dengan baik, maka tiap sambutan baik akan menjadi kawanku menentang
pemerintah,” tulis Multatuli.
Bagaimana dengan Manikebu? Bakri
Siregar mengatakan, “Dalam meniadakan dan membendung semangat revolusi, mereka
mengemukakan konsepsi humanisme universal, sejalan dengan usaha neokolonialisme
dalam mempertahankan kepentingan di Indonesia, menganjurkan eksistensialisme
(‘filsafat iseng’ dan ‘filsafat takut’), serta memupuk individualisme dan
pesimisme, menjadikan sastrawan dan seniman kosmopolit dan antipatriotik, tanpa
menyatukan diri dengan perjuangan bangsanya.” (Siregar, 1964: 13-14).
II.3 Angkatan Pujangga Baru
- Angkatan Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan.
- Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis menjadi bapak sastra modern Indonesia.
- Angkatan Pujangga Baru (1930-1942) dilatarbelakangi oleh kejadian bersejarah “Sumpah Pemuda” pada 28 Oktober 1928.
- Ikrar Sumpah Pemuda 1928:
Ø Pertama Kami
poetera dan poeteri indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah
Indonesia.
Ø Kedoea Kami
poetera dan poeteri indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ø Ketiga Kami
poetera dan poeteri indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa
Indonesia.
- Melihat latar belakang sejarah pada masa Angkatan Pujangga Baru, tampak Angkatan Pujangga Baru ingin menyampaikan semangat persatuan dan kesatuan Indonesia, dalam satu bahasa yaitu bahasa Indonesia.
- Pada masa ini, terbit pula majalah Poedjangga Baroe yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah dan Armijn Pane.
- Pada masa Angkatan Pujangga Baru, ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu:
Ø Kelompok
“Seni untuk Seni”
Ø Kelompok
“Seni untuk Pembangunan Masyarakat”
- Ciri-ciri sastra pada masa Angkatan Pujangga Baru antara lain sbb:
Ø
Sudah menggunakan bahasa Indonesia
Ø
Menceritakan kehidupan masyarakat kota, persoalan
intelektual, emansipasi (struktur cerita/konflik sudah berkembang)
Ø
Pengaruh barat mulai masuk dan berupaya melahirkan
budaya nasional
Ø
Menonjolkan nasionalisme, romantisme, individualisme,
intelektualisme, dan materialisme.
- Salah satu karya sastra terkenal dari Angkatan Pujangga Baru adalah Layar Terkembang karangan Sutan Takdir Alisjahbana.
- Layar Terkembang merupakan kisah roman antara 3 muda-mudi; Yusuf, Maria, dan Tuti.
Ø Yusuf adalah
seseorang mahasiswa kedokteran tingkat akhir yang menghargai wanita.
Ø Maria adalah
seorang mahasiswi periang, senang akan pakaian bagus, dan memandang kehidupan
dengan penuh kebahagian.
Ø Tuti adalah
guru dan juga seorang gadis pemikir yang berbicara seperlunya saja, aktif dalam
perkumpulan dan memperjuangkan kemajuan wanita.
- Dalam kisah Layar Terkembang, Sutan Takdir Alisjahbana ingin menyampaikan beberapa hal yaitu:
Ø Perempuan
harus memiliki pengetahuan yang luas sehingga dapat memberikan pengaruh yang
sangat besar didalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan demikian
perempuan dapat lebih dihargai kedudukannya di masyarakat.
Ø Masalah yang
datang harus dihadapi bukan dihindarkan dengan mencari pelarian. Seperti
perkawinan yang digunakan untuk pelarian mencari perlindungan, belas kasihan
dan pelarian dari rasa kesepian atau demi status budaya sosial.
- Selain Layar Terkembang, Sutan Takdir Alisjahbana juga membuat sebuah puisi yang berjudul “Menuju ke Laut”.
- Puisi “Menuju ke Laut” karya Sutan Takdir Alisjahbana ini menggunakan laut untuk mengungkapkan h ubungan antara manusia, alam, dan Tuhan.
- Ada pula seorang sastrawan Pujangga Baru lainnya, Sanusi Pane yang menggunakan laut sebagai sarana untuk mengungkapkan hubungan antara manusia, alam, dan Tuhan.
- Karya Sanusi Pane ini tertuang dalam bentuk puisi yang berjudul “ Dalam Gelombang”.
- Ditinjau dari segi struktural, ada persamaan struktur antara puisi Sutan Takdir Alisjahbana dan Sanusi Pane yaitu pengulangan bait pertama pada bait terakhir.
- Sementara itu, ditinjau dari segi isi, tampak ada perbedaan penggambaran laut dalam puisi Sutan Takdir Alisjahbana dan Sanusi Pane.
- Jika Sutan Takdir Alisjahbana menggambarkan laut sebagai sebuah medan perjuangan, Sanusi Pane menggambarkan laut sebagai suatu tempat yang penuh ketenangan.
· Contoh Puisi Angkatan
Pujangga Baru
Kami telah meninggalkan engkau,
Tasik yang tenang tiada beriak,
diteduhi gunung yang rimbun,
dari angin dan topan.
Sebab sekali kami terbangun,
dari mimpi yang nikmat.
Ombak riak berkejar-kejaran
di gelanggang biru di tepi langit.
Pasir rata berulang di kecup,
tebing curam ditentang diserang,
dalam bergurau bersama angin,
dalam berlomba bersama mega.
…
… Aku bernyanyi dengan suara Seperti
bisikan angin di daun Suaraku hilang dalam udara Dalam laut yang beralun-alun
Alun membawa bidukku perlahan Dalam kesunyian malam waktu Tidak berpawang tidak
berkawan Entah kemana aku tak tahu Menuju ke Laut Oleh Sutan Takdir Alisjahbana
Dibawa Gelombang . Oleh Sanusi Pane
- Amir Hamzah diberi gelar sebagai “Raja Penyair” karena mampu menjembatani tradisi puisi Melayu yang ketat dengan bahasa Indonesia yang sedang berkembang. Dengan susah payah dan tak selalu berhasil, dia cukup berhasil menarik keluar puisi Melayu dari puri-puri Istana Melayu menuju ruang baru yang lebih terbuka yaitu bahasa Indonesia, yang menjadi alasdasar dari Indonesia yang sedang dibayangkan bersama.
Selain Sutan Takdir Alisjahbana, ada
pula tokoh lain yang terkenal dari Angkatan Pujangga Baru sebagai “Raja
Penyair” yaitu Tengku Amir Hamzah .
· Sastrawan dan Hasil Karya
Ø
Sastrawan pada Angkatan Pujangga Baru beserta hasil
karyanya antara lain sbb:
- Sultan Takdir Alisjahbana
v
Contoh: Di Kakimu, Bertemu
- Sutomo Djauhar Arifin
v Contoh:
Andang Teruna (fragmen)
- Rustam Effendi
v Contoh:
Bunda dan Anak, Lagu Waktu Kecil
- Asmoro Hadi
v
Contoh: Rindu, Hidup Baru
- Hamidah
v
Contoh: Berpisah, Kehilangan Mestika (fragmen)
· Sastrawan dan Hasil Karya
- Amir Hamzah
v
Contoh: Sunyi, Dalam Matamu
- Hasjmy
v Contoh:
Ladang Petani, Sawah
- Lalanang
v
Contoh: Bunga Jelita
- O.R. Mandank
v
Contoh: Bagaimana Sebab Aku Terdiam
- Mozasa
v
Contoh: Amanat, Kupu-kupu
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Punjangga Baru merupakan nama
majalah sastra dan kebudayaan yang terbit antara tahu 1933 adanya pelarangan
oleh perintah jepang setelah tentara jepang berkuasa di Indonesia.Adapun
pengasuhnya atara lain Sultan Takdir Alisjahbana, Armein Pane, Amir
Hamzah Dan Sanusi Pane. Jadi pujangga baru bukanlah suatu
konsepsi ataupun aliran. Namun demikian, orang-orang atau para pengarang yang
asil karyanya pernah dimuat dalam majalah itu, di nilai memiliki bobot dan
cita-cita kesenian yang baru dan mengarah ke depan. Angkatan Pujangga Baru
muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka
terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya
sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan.
Komentar
Posting Komentar